Jakarta - Sepanjang pekan ini dolar Amerika Serikar (AS) terhadap Rupiah betah di kisaran Rp 14.600. Padahal awal tahun ini dolar AS sempat berada di posisi Rp 13.200an. Lalu bisakah dolar AS kembali ke zona Rp 13.000?
Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim menilai sangat berat jika berharap dolar AS kembali ke zona Rp 13.000. Sebab situasi global masih menunjukkan sentimen negatif, apalagi jelan tahun politik.
"Sepertinya berat, berat sekali kalau berharap kembali ke Rp 13.000. Apalagi berbarengan dengan tahun politik," ujarnya kepada detikFinance, Minggu (19/8/2018).
>
Rupiah sendiri saat ini lebih banyak terpapar sentimen global. Mulai dari normalisasi kebijakan di AS, perang dagang AS dengan China hingga yang terbaru anjloknya mata uang Lira yang membuat Turki mengalami krisis mata uang.
Ibrahim meyakini level moderat dolar AS terhadap rupiah yang baru adalah Rp 14.400. Sebab Bank Sentral AS Federal Reserve berencana akan menaikan suku bunganya lagi di Desember 2018.
"Kalau BI menaikan suku bunganya lagi di kuartal III tahun ini kemungkinan Rupiah akan menguat di November. Tapi akan kembali anjlok di Desember. Apalagi kita harus ingat perang dagang belum usai," tambahnya.
Selain kondisi global, pemerintah RI juga masih punya pekerjaan rumah untuk memperbaiki neraca dagang yang terus defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit di bulan Juli 2018 sebesar US$ 2,03 miliar.
Defisit terjadi karena impor Indonesia bulan Juli 2018 tercatat US$ 18,27 miliar, sedangkan ekspor bulan Juli 2018 tercatat US$ 16,24 miliar.
Meski begitu, Ibrahim memprediksi rupiah akan rebound pada esok hari. Penyebabnya karena pertemuan pemerintah AS dan China yang membahas perang dagang yang terjadi.
"Sinyalnya positif, akan ada jalan keluar, tapi penguatan hanya sementara," tambahnya. (das/dna)