Agar kesalahan pekerja milenial dalam mengatur keuangan tak berulang Motivasi Bisnis

Agar kesalahan pekerja milenial dalam mengatur keuangan tak berulang

Terakhir diperbaharui: 19 April 2018

BISNIS1.COM - Kesalahan demi kesalahan menimpa generasi milenial dalam mengatur keuangan. Maklum, mengatur keuangan bukan perkara yang gampang buat mereka.

Apalagi, riset yang dilakukan George Washington Global Financial Literacy Excellence Center terhadap 5.500 milenial menunjukkan, hanya 24% dari total responden yang mengerti prinsip keuangan.

Agar kesalahan itu tidak terus berulang, Andreas Freddy Pieloor, Konselor Keuangan dan Keluarga MoneynLove, generasi milenial usia di bawah 30 tahun yang sudah berpenghasilan harus menyisihkan 10% gajinya untuk investasi.

Yang di atas 30 tahun, angkanya 20% pendapatan. Ini sudah menandakan keuangan mereka untuk jangka panjang aman.

Namun, jika mau keuangannya membaik, Freddy bilang, generasi milenial harus bisa membagi pendapatan ke dalam delapan pos. Pertama, sosial untuk zakat atau sumbangan sekitar 2,5% sampai 10%. Kedua, utang paling banyak 30%.

Ketiga, asuransi sebesar 10%. Keempat, investasi mulai 10% hingga 20%. Kelima, pendidikan anak sekitar 10%.  Keenam, kebutuhan sehari-hari atau bulanan yang mencapai 60%. Ketujuh, hiburan 2,5%. Kedelapan, liburan jangka panjang 2,5%.

Generasi milenial perlu mencamkan satu hal: masa depan tidak kalah penting dari hari ini. “Jadi, kalau menabung dari sisa-sisa hari ini, maka konsep pemikiran Anda masa depan tentu saja adalah sisa-sisa dari hari ini,” kata Freddy.

Menurut Budi, untuk mendeteksi kesalahan generasi milenial cukup mudah, lihat saja dari sisi aset. Kalau setalah beberapa tahun bekerja tabungan tidak memadai dan enggak ada tambahan aset, maka bisa dipastikan kaum milenial perlu memperbaiki cara dalam mengelola keuangan dan gaya hidup mereka.

“Salah satu yang harus mereka lakukan adalah melakukan review berkala terhadap pola pengeluaran,” ujar Budi.

Misalnya, mencermati cara membelanjakan serta prioritas pengeluaran harian dan bulanan dengan melakukan pencatatan. Dengan data dari pencatatan ini, secara umum generasi milenial bisa membagi kategori pengeluaran dalam beberapa kelompok konsumsi, tabungan/ investasi, juga sosial.

Nah, di kelompok mana yang paling sering membelanjakan uang, di situlah sumber informasi tentang kondisi keuangan saat ini. “Bila terlalu besar di konsumsi sedang tidak ada kontribusi di kategori tabungan/ investasi, akan sulit bagi milenial untuk mewujudkan tujuan jangka panjangnya,” imbuh Budi.

Sumber: kontan.co.id