Prospek bisnis dimsum masih gurih Peluang Usaha

Prospek bisnis dimsum masih gurih

Terakhir diperbaharui: 17 Februari 2019

JAKARTA. Dimsum punya banyak penggemar. Meski makanan khas Tionghoa, dimsum tidak asing lagi buat lidah kebanyakan masyarakat Indonesia. Tak heran, kudapan ini terbilang mudah dijumpai termasuk di pinggir jalan.

Punya banyak penggemar membuat bisnis dimsum memiliki prospek cerah. Makanya, tawaran kemitraan dimsum pun masih hangat.


Dalam tiga tahun terakhir, KONTAN pernah mengupas peluang bisnis dan penawaran dari beberapa kemitraan gerai makanan tersebut. Yakni, Dimsum Pertok, Rame Dimsum, dan Dimsum 88.

Nah, KONTAN akan mengulas perkembangan dari ketiga kemitraan gerai dimsum itu. Berikut ulasannya:

- Dimsum Pertok

Usaha dimsum besutan Ade Suwarno asal Ciputat, Tangerang Selatan, ini mulai membuka kemitraan pada 2010 silam. Saat KONTAN mengupasnya pada September 2016 lalu, Dimsum Pertok baru memiliki 25 gerai yang tersebar di Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Sukabumi.

Dua tahun lebih berselang, bisnis Dimsum Pertok kian berkembang. Kini, jumlah gerai bertambah menjadi sekitar 60 gerai yang bercokol di Jakarta, Tangerang Selatan, Tangerang, Bandung, dan Sukabumi. "Ada lima gerai milik pusat dan selebihnya milik mitra kami di beberapa daerah," ungkap Ade.

Selain jumlah gerai yang bertambah banyak, paket kemitraannya juga berubah. Jika 2016 lalu Dimsum Pertok menawarkan paket kemitraan senilai Rp 15 juta, kini investasinya jadi Rp 20 juta.

Dengan modal tersebut, mitra akan mendapatkan gerobak, peralatan usaha, merek dagang Dimsum Pertok, bahan baku awal sebanyak 25 porsi, stiker, daftar menu, dan pelatihan karyawan. Kemitraan ini berjangka seumur hidup selama mitra membeli bahan baku ke pusat. Mitra juga tidak dikenakan biaya royalti ataupun franchise fee.

Tak hanya menawarkan kemitraan, Ade juga membuka peluang untuk menjadi reseller Dimsum Pertok. Syaratnya gampang, cukup beli minimal 100 porsi, Anda bisa memperoleh harga reseller.

"Dimsum yang kami sajikan banyak macamnya, ada siomay ayam, lumpia, udang api-api, dan ceker. Bahan dimsum kami juga 80% dari daging ayam giling yang dibuat sendiri, tidak pakai pengawet dan selalu segar," kata Ade.

Harga jual dimsum di gerai mulai Rp 15.000 hingga Rp 18.000 per porsi. Menurut Ade, dengan menjual 80 porsi sampai 150 porsi dimsum per hari, mitra bisa mengantongi omzet Rp 1,2 juta sehari atau Rp 36 juta per bulan.

Hanya, Ade mengaku kerap kewalahan mencari karyawan tambahan dan pasokan bahan baku tepung. Dia bilang, harga tepung yang naik turun terkadang membuat dirinya harus menekan biaya operasional. "Kalau sedang banyak pesanan, apalagi kalau ada pesanan dari acara pernikahan, sering kewalahan buat cari SDM (sumber daya manusia). Jadi, saya biasanya rekrut tenaga tambahan," ujarnya.

- Rame Dimsum

Pemain lain adalah Keep Eating Dimsum milik Puput Pri Kusumawijaya yang berlokasi di Tangerang. Ia merintis bisnis dimsum sejak 2015. Namun, dia mengubah merek dagangnya menjadi Rame Dimsum mulai 2017.

Alasan Puput mengganti merek usahanya adalah, biar lebih dikenal dan familiar bagi masyarakat pecinta dimsum. Selain itu, pemilihan nama baru tersebut menjadi sebuah doa bagi kelancaran bisnisnya. Rame Dimsum, kan, sebuah doa. Insya Allah akan terus rame usaha dimsumnya, tambah Puput.

Kala KONTAN mengulas kemitraan ini pada Februari 2016, Puput baru memiliki tiga gerai yang semuanya kepunyaan sendiri. Tapi, dia sudah menawarkan kemitraan senilai Rp 7,5 juta.

Saat ini, Puput mempunyai lima mitra yang berada di seputaran Tangerang, seperti Serpong, Karawaci, dan Cibodas. Tawaran paket kemitraannya juga mengalami penambahan jadi tiga, dengan harga masing-masing Rp 6,5 juta , Rp 7,5 juta, dan Rp 8 juta.

Untuk paket kemitraan dengan harga Rp 6,5 juta, mitra akan memperoleh fasilitas, seperti booth berukuran 1,5 meter persegi (m) beserta alat-alat dan perlengkapan usaha. Kemudian, bahan baku dimsum untuk 100 porsi.

Lalu, untuk paket investasi dengan nilai Rp 7,5 juta, mitra bakal mendapatkan fasilitas yang sama seperti paket sebelumnya. Hanya yang membedakan adalah mendapat booth dengan ukuran 1,8 m².

Sementara untuk paket investasi Rp 8 juta, mitra memperoleh booth yang lebih besar lagi, yakni 2 m², dengan fasilitas sama persis dengan dua paket sebelumnya.

Soal rasa, Puput menawarkan lima varian: smoke beef, telur puyuh, ayam, udang, dan kepiting. Harga jual di gerai sama, Rp 3.000 per pieces atau Rp 12.000 per porsi.

Dalam menjalankan bisnisnya, kendala yang Puput alami sama dengan Ade, yaitu SDM. Karyawan kadang-kadang masih banyak keluar masuk. Kalau untuk kendala lain, tidak ada, ucapnya.

- Dimsum 88

Dimsum 88 sudah berkibar sejak 2013. Bisnis milik Dwi Anggi ini berpusat di Tangerang. Kala KONTAN menulisnya pada Januari 2018 lalu, Dimsum 88 memiliki enam gerai. Selain mitra usaha, saat itu Dimsum 88 juga mempunyai puluhan reseller yang tersebar di Jakarta, Bandung, Malang, dan Surabaya.

Satu tahun berselang, jumlah mitra Dimsum 88 belum bertambah, masih tetap enam gerai. Penyebabnya, Anggi menyebutkan, Dimsum 88 mengusung konsep baru.

Sejak tahun lalu, Dimsum 88 lebih fokus untuk mengembangkan franchise mini ketimbang memperluas dan menambah jumlah mitra. Konsep ini tidak banyak berbeda dengan kemitraan sebelumnya. Hanya dari segi penawaran investasinya saja yang berbeda, selebihnya sama.

Dengan investasi senilai Rp 7 juta, mitra hanya perlu menyiapkan lokasi berjualan. Mitra akan mendapat booth, peralatan, free design, dan bahan baku untuk membuat 500 pieces dimsum.

Franchise mini ini punya prospek bisnis yang sangat menggiurkan. Dengan modal yang terhitung murah, mitra bisa balik modal hanya dalam kurun waktu du bulan, jelas Anggi sambil promosi.

Kemitraan ini tidak memiliki jangka waktu kerjasama. Jadi, semua peralatan dan lisensi Dimsum 88 menjadi milik mitra selamanya. Selain itu, mitra tidak dipungut biaya royalti, tapi harus membeli bahan baku ke pusat.

Anggi mengungkapkan, jumlah franchise mininya telah mencapai puluhan, mengingat setiap bulan ia bisa mendapatkan empat mitra baru. Hanya, dalam mengembangkan model bisnis barunya ini, Anggi menyatakan, masalah pengiriman menjadi salah satu kendala utama. Booth dari kami, kan, tidak portabel, jadi cukup sulit untuk melakukan pengiriman. Khususnya, yang di luar Pulau Jawa. Padahal, permintaan selalu ada, sebut dia.

Tahun ini, Anggi menargetkan, bisa terus mengembangkan penyebaran franchise mini Dimsum 88, terutama di Bandung dan Bogor. Kedua daerah ini punya potensi yang menjanjikan. Apalagi, Dimsum 88 belum punya cukup banyak mitra di sana.

Reporter: Elisabeth Adventa, Hikma Dirgantara, Venny Suryanto
Editor: Markus Sumartomjon
Sumber: kontan.co.id