Kipas-kipas peluang sate paha ayam Peluang Usaha

Kipas-kipas peluang sate paha ayam

Terakhir diperbaharui: 26 November 2018

Sate termasuk menu familier dan memiliki penggemar dari anak muda sampai orang tua. Faktor inilah yang membuat pelaku usaha sate bermunculan. Tak sedikit di antaranya yang menawarkan kemitraan usaha.

Salah satunya dari Satay Kato asal Jakarta Selatan. Mengusung konsep kaki lima, Satay Kato sudah beroperasi sejak 2016. "Saat ini Satay Kato sudah punya 75 cabang di sekitar Jabodetabek, Medan, Lampung, Makassar, Yogyakarta, Solo, dan Samarinda," kata Yuda Fajrin, pemilik Satay Kato kepada KONTAN.

Nilai investasi yang ditawarkan sebesar Rp 75 juta. Dengan modal tersebut mitra mendapatkan fasilitas kerjasama seumur hidup, satu buah gerobak kayu, peralatan usaha lengkap, dekorasi, promosi, sistem bisnis, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal. "Mekanismenya saya beli putus," jelas Yuda.

Sepintas, Satay Kato mirip dengan sate taichan yang dibakar tanpa menggunakan kecap dan disajikan dengan sambal pedas. Namun Yuda menegaskan bahwa Satay Kato bukan taichan seperti banyak yang dikira orang. Sate ini justru menonjolkan rasa pedas dan ragam varian serta rempah.

Ia juga hanya mengandalkan daging ayam bagian paha. Beda dengan sat taichan yang memakai daging ayam bagian dada. Secara rasa juga lebih gurih dari taichan karena memakai sambal masak dan bukan mentah seperti taichan.

Adapun harga sate di Kato berkisar antara Rp 20.000 untuk satu porsi isi 10 tusuk sampai Rp 25.000 plus tambahan nasi. Satu tusuk dibanderol Rp 2.500.

Yang jadi persamaannya adalah konsep yang diusung. Demi menggaet kawula muda, Yuda menempatkan kursi-kursi yang tertata rapi di sekitar gerobak kayu yang menjadi pusat dapur Satay Kato. Sehingga terkesan santai dan terbuka.

Tak heran jika rata-rata omzet tiap gerai Satay Kato bisa mencapai Rp 50  juta sampai Rp 80 juta per bulan. Bahkan gerai Satay Kato milik pusat bisa meraup omzet sampai Rp 5 juta per hari. Dengan hasil tersebut, Yuda menargetkan mitra usaha bisa balik modal sekitar enam bulan dan paling lama satu tahun.

Ketua Umum Perhimpunan Waralaba & Lisensi Indonesia (WALI), Levita Supit mengingatkan Satay Kato untuk tidak mengandalkan menu sate semata. Lantaran kurang bisa menarik minat masyarakat untuk jangka waktu yang lama. "Harus ada inovasi dalam pengembangan menu. Kalau hanya satu saja, investasi yang ditanamkan terlalu besar," katanya mengkritisi.

Hal lain adalah mencari lokasi usaha yang tepat. Karena bisa berpengaruh terhadap omzet usaha.     

Satay Kato
Jl Taman Kemang, Bangka, Mampang Prapatan
Jakarta Selatan
HP. 0812 9894 0552

Reporter: Elisabeth Adventa
Editor: Johana K.
Sumber: kontan.co.id