Meski banyak klub panahan yang bermunculan di sekitar Depok, ternyata tak semua klub memiliki tempat latihan khusus. Lokasi latihan beberapa klub panahan bahkan ada yang berpindah-pindah.
Para pemilik klub biasanya memanfaatkan lahan kosong di sekitar perumahan atau perkampungan warga.
"Kebanyakan klub panahan di sini memang belum punya tempat latihan sendiri, termasuk klub saya ini. Biasanya kami latihan di lapangan kosong sebelah masjid. Klub lain juga kebanyakan memanfaatkan lahan kosong di sekitarnya. Tidak sewa, hanya ijin saja sama yang punya tanah," jelas Fajar Martiono, pemilik klub Badr Archery.
Tak hanya Fajar yang memanfaatkan lapangan kosong di sebelah Masjid perumahan Ar Royyan, Tanah Baru, Depok. Yudhi Ardian, founder Mata Elang Archery (MEA) Club juga demikian. Ia menyewa sepetak lahan tidak produktif di sekitar kantor klubnya untuk latihan panahan rutin.
Keterbatasan lahan dan modal membuat klub panahan di Kampung Panahan kesulitan mendirikan tempat latihan sendiri. "Untuk tempat latihan bisa lebih fleksibel, tapi bukan berarti kami juga sering pindah-pindah. Ada tempat tetap yang memang kami pakai, tapi bukan milik kami sendiri," tuturnya.
Bagi Yudhi maupun Fajar, hal terpenting dalam latihan panahan adalah kelengkapan alat dan niat kuat untuk berlatih secara rutin. Mereka tak khawatir soal tempat latihan, selama masih ada lahan kosong yang bisa dimanfaatkan.
Banyaknya klub panahan yang berkembang di sekitar Depok, termasuk Kampung Panahan disebabkan oleh adanya pegiat panahan yang kebetulan bermukim di sana. Fajar menjelaskan, sekitar enam atau lima tahun lalu, jumlah klub panahan di sekitar Depok belum sebanyak sekarang. "Di sekitar Beji sini dulu malah hanya ada satu klub. Sekarang di Depok mungkin udah ada sekitar 20 klub panahan," ungkap Fajar.
Bertambahnya jumlah klub panahan juga dipengaruhi oleh tren panahan di kalangan masyarakat. Selain itu, sejumlah tempat wisata di sekitar Depok maupun daerah Jawa Barat lainnya juga mulai mengadakan wisata panahan. Begitu pula dengan beberapa sekolah yang mulai mengadakan ekstrakurikuler panahan. "Ibaratnya, pasar makin banyak, ya makin banyak juga klub yang bermunculan," ujarnya.
Angin persaingan pun jadi lumayan kencang. Para pemilik klub harus pandai mencari kesempatan dan menawarkan jasa latihan panahan. "Sekarang kami yang harus aktif promosi, ke sekolah-sekolah dan perusahaan. Istilahnya kami harus aktif jemput bola, ambil kesempatan. Kalau dulu waktu awal berdiri, konsumen datang sendiri dengan mudah karena masih sedikit klubnya dan masih banyak yang penasaran dengan panahan," jelasnya.
(Selesai)
Reporter: Elisabeth Adventa
Editor: Johana K.